Pakar Pendidikan.. atau Pakar Komentar Pendidikan ?

Posted on June 19, 2008. Filed under: Coretan Intelektual, The Human-power | Tags: , , , |

Mohon maaf apabila judulnya agak-agak gimana gitu dan menyinggung perasaan seseorang (dan pendukungnya) yang sering mondar-mandir di televisi dengan title tag “pakar pendidikan”..

Kronologisnya kenapa beliau ini muncul adalah banyaknya kasus-kasus yang meruak belakangan ini yang mencerminkan buruknya sistem pendidikan dan buruknya pengawasan terhadap anak didik, kalau tidak bisa kita sebut buruknya mental generasi muda indonesia belakangan ini.

Mulai kasus kekerasan ala STPDN –> dilanjutkan kekerasan juga oleh IPDN yang sudah berganti kulit, kasus geng motor, kasus asusila, kasus tawuran antar pelajar SMP, hingga terbaru (pada saat saya tulis), kasus STIP (Sekolah tinggi Ilmu Pelayaran) dan kasus kekerasan geng cewek ala Nero (Neko-neko ngeroyokan).

Hasilnya, ada anggota geng yang divonis 4 tahun (Briges) yaitu geng motor di bandung yang menewaskan I Putu Ogik, Pemecatan praja, penangkapan para pelajar yang tawuran (di jakarta) dan ngeroyok (nero di Pati, Jateng).

Lalu, yang tidak kalah seru, berulangkali di televisi ada analisis menghadirkan so called pakar pendidikan yang ngomongin hal-hal yang menurut saya dari tiap saat esensi omongannya sama. Yang bikin saya geleng-geleng kepala, seringkali ada penyesalan dan ngomong kalo ini itu buruk di indonesia. Padahal, logikanya, ANDA pakar pendidikan, Loh, piye, Anda lah bertanggungjawab! Dulu anda NGAPAIN? Apakah ujug-ujug lulus dari perguruan tinggi langsung dapat gelar Pakar? Saya berani bertaruh, sudah PULUHAN tahun sang pakar bergelut di dunia pendidikan — yang dia komentari sangat rusak, dst dst. Begitulah di Indonesia..

Kasus IPDN, salah satu tim evaluasi adalah “pakar pendidikan” dimana IPDN tidak dibubarkan. Dijamin bla bla aman sentosa hehe..Kulitnya diganti, trus pimpinannya dganti. Basi. Buktinya, hingga detik ini masih terjadi penyimpangan. Kasus terakhir ada pengeroyokan, ada yang mati karena mabuk, ada yang perkosaan. Kalau soal itu semua, silakan tanya Pak Inu Kencanaboleh lihat di detikcom deh, pasti beliau bilang masih ada hingga sekarang. Rekomendasi dari pakar pendidikan tuh.. ditambah Presidennya Militer, ya susah bubarin adat istiadat militer secara sang presiden dulu juga kayak gitu. (padahal laen pak presiden, ini sekolah sipil.. )

Trus, ada lagi nih barusan kasus STIP. Sama, plonco-plonco ga jelas. Tau-tau tewas. Saya ngga perlu komentar banyak, harusnya dari dulu sudah ngga ada itu yang namanya sekolah kedinasan ber budaya militer (baca : kekerasan). Kalau nggak mau ya bubarkan aja. Gitu aja kok repot. Kalau ngga mau bubar, hilangkan sama sekali hingga taraf NOL semua atribut militer mulai makan bareng, rambut cepak, seragam dan perut yang terus-terusan seksi karena dipaksa olahraga pushup tiap pagi dst hehe.. kalau sekarang trendnya adalah penyeimbangan antara otak kanan dan otak kiri, maka kayaknya di sekolah ini perlu penyeimbangan antara Fisik dan Otak. Masih jauh klo mo ngomong otak kanan dan kiri.

Nah, balik ke topik, ya kalau pakar pendidikan kasih solusi dong. Ini sih menurut saya pakar KOMENTAR pendidikan, sebab komen-komen saja. Semua omongannya saya juga sebagai Non Pakar apa-apa bisa tuh ngomong gituan. Cuman emang media indonesia rada error sih.. Lah wong kayak Mr KMRT you know who aja bisa disebut Pakar Telematika.. hehe..

Udah ah, saya nggak mau banyak komentar, nanti dibilang pakar komentar pendidikan hehe.. jadi, tolong dong, please deh, you yang ngemeng, tapi you dulu ngapain aja? kalo belajar di Luar negeri en pengalaman puluhan taun ngajar dan bergelut pendidikan di luar negeri, trus balik ke Indonesia, wajar kalau geleng-geleng kepala dan bilang ini nggak bener. Lah, ini dulu bagian dari sistem, eh sekarang koar-koar.. apa karena “jaman reformasi” adalah jamannya koar-koar hehe.. coba dulu dibenahi di jaman soeharto… (mana pendukung soeharto hehe..)

ya sutralah, makin panjang makin error en makin banyak komentarnya. Intinya, kalau saya, yang bisanya cuma komen dan bukan pakar, radikal negh, hilangkan SAMA SEKALI Senioritas, hilangkan SAMA SEKALI atribut dan cara militer dari sekolah sipil.. Hilangkan SAMA SEKALI guru-guru yang nggak jelas, mindset jadul, nggak banyak pengetahuan, money oriented, guru cabul, guru sok, dst.. Hidup Onizuka ! (loh?)

Make a Comment

Leave a reply to Gunsmith Cancel reply

42 Responses to “Pakar Pendidikan.. atau Pakar Komentar Pendidikan ?”

RSS Feed for The Unggul Center Comments RSS Feed

Ketika eksklusifisme berbicara, semuanya jadi amburadul. rambu2 dilanggar bahkan ditabrak dan dirobohkan.

salam

setuju mas. salah satu poin lagi untuk kasus-kasus yang saya lupa masukin ke dalam pembahasan (baca : coret-coret gak jelas) di atas.

trims atas masukannya.

kita boleh saja miris dengan pendapat para komentator, tapi ndak usah dikomentari lagi, ntar kita jadi komentatornya komentator (bingung?!). sing penting tetap optimis memandang ke depan dunia pendidikan indonesia. kita mau kita bisa. keep learning.

ya minimal saya komentar nya di tempat yang saya punya “hak” untuk berkomentar yaitu di blog. dan di blog saya sendiri hehehe…

keep learning juga !

artikel anda bagus dan menarik, artikel anda:
http://pendidikan.infogue.com/
http://pendidikan.infogue.com/pakar_pendidikan_atau_pakar_komentar_pendidikan_

anda bisa promosikan artikel anda di http://www.infogue.com/ yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!

Kalau yang namanya sekolah pelaut di mana2 di seluruh dunia, ya sekolah keras (hard training) tapi bukan dengan kekerasan (violence). Pengianiayaan, apalagi sampai cacat atau meninggal, pelakunya harus dihukum berat. Para kadet yang tinggal di asrama harus siap dibangunkan tengah malam untuk berkumpul di ruang makan atau lapangan upacara dengan pakaian dinas lengkap, ini untuk melatih kalau mereka sudah jadi perwira kapal menghadapi emergency di laut. Ombak laut tidak mengenal kompromi boo!, kadet yang tidak siap menghadapi latihan keras seperti gini maka ia harus siap suatu waktu nanti tidur selamanya di dasar laut dengan kapalnya !.
Kalau mau sekolah lembut dan lembek, ya jangan masuk sekolah pelaut, masuk aja sekolah perawatan kecantikan, dijamin tidak bakal digulung ombak !.
Untuk reference sekolah pelaut di luar negeri, silakan cari dengan keywords : U.S. Merchant Marine Academy, Philippine Merchant Marine Academy, Maritime Academy of Asia and the Pacific. Ini semua sekolah dengan latihan keras tapi bukan kekerasan !.

Kadet itu Jelas, dia di Indonesia padanan katanya Taruna. Lah, kalo maaf maaf ya.. PRAJA? What the hell is Praja??

Btw, pemahaman saya, kalau namanya Pelaut itu SAILOR, bukan Marines yang disebut dengan MARINIR. Jelas lah bedanya dimana. 🙂

Salah konsep yang diambil di Indonesia. Gw haqul yaqin kalo loe pada masuk militer ya udah siap mental bro. Siap fisik juga. Lah kalo bagian dari SEKOLAH KEDINASAN di bawah DEPARTEMEN SIPIL. Itu jadi masalah..

So, sekali lagi, Praja? what the heck is praja? Pol PP (Polisi PAMONG PRAJA)?
Saya nggak tau sebutan dari siswa STIP tapi ILMU PELAYARAN BERBEDA DENGAN SEKOLAH MARINIR.

Sama halnya perbedaan Sekolah Pilot sama Sekolah Penerbang TNI AU. Just as simple as that..

Salam kenal!

Marinir itu dari bahasa Belanda “marinier” yang artinya prajurit darat Angkatan Laut. Bahasa Inggrisnya “marines” atau “marine corps”. Kalau “mariner” bahasa Inggris artinya “pelaut”. Kadet itu adalah siswa sekolah militer atau pelayaran. Di mana2 di sekolah calon perwira kapal niaga (merchant marine officer school), kadetnya dibentuk dengan tata cara militer Angkatan Laut karena mereka diarahkan menjadi perwira cadangan AL di masa darurat (naval reserve officer). Di Amerika Serikat, Akademi Pelayaran Niaga A.S. (U.S. Merchant Marine Academy) di Kings Point bukan cuma institusi semi militer tetapi FULL akademi militer, demikian bunyi undang-undang federal A.S.. Menurut undang-undang federal A.S., Amerika Serikat memiliki lima akademi militer federal (the five service academies), yaitu U.S. Military Academy di West Point, U.S. Naval Academy di Annapolis, U.S. Air Force Academy di Colorado Springs, U.S. Coast Guard Academy di New London, dan U.S. Merchant Marine Academy di Kings Point.
Para kadet U.S. Merchant Marine Academy tunduk sepenuhnya pada yurisdiksi hukum militer. Para lulusan U.S.M.M.A akan memperoleh Bachelor of Science Maritime Transportation, Sertipikat Perwira Kapal Niaga, dan Letnan Dua Laut Cadangan Angkatan Laut A.S. (Ensign, U.S. Naval Reserve). Itru sekolah keras tapi bukan kekerasan. Kadet U.S.M.M.A. yang menganiaya yuniornya apalagi sampai cacat atau meninggal dunia bakal diseret ke court martial alias mahkamah militer !.
Anda tahu Robert Kiyosaki ?, itu pengarang buku “Rich Dada Poor Dad”. Kiyosaki adalah lulusan U.S.M.M.A. angkatan tahun 1969, yang setelah menghabiskan masa dinas militernya sebagai pilot helikopter tempur marinir (U.S. Marine Corps) di Vietnam, ia kemudian menghabiskan beberapa tahun sebagai perwira kapal niaga dan kemudian terjun ke business.
Istilah “sailor” tidak pernah dipakai di kapal karena itu adalah istilah yang digunakan oleh orang-orang darat. Orang-orang pelaut menggunakan istilah “seaman” dan “seafarer”. Siswa akademi pelayaran di atas kapal tidak pernah disebut “mahasiswa” (student) tapi “kadet” (“cadet” atau “apprentice”).
Banyak orang darat yang tidak mengerti istilah-istilah bahari, apakah anda tahu bedanya “jurumudi” dengan “mualim/stirman” ?. Jurumudi itu anak buah kapal bawahan (rating crew member), sedangkan mualim/stirman itu statusnya perwira (officer). Statusnya berbeda, jurumudi makan bersama dengan ABK bawahan lainnya, sedangkan mualim/stirman makan di salon perwira (officer’s dining room).
Inilah yang banyak tidak dipahami oleh masyarakat ketika memantau kasus STIP.
Sekolah pelaut, apa itu pelaut TNI-AL, atau pelaut pelayaran niaga, itu sekolah keras tapi tidak boleh dengan kekerasan. Kalau mau sekolah lembek, ya orang harus masuk sekolah perawatan kecantikan saja !.
Tahun 1960 sekolah yang namanya sekarang STIP dahulu adalah Akademi Ilmu Pelayaran (AIP) berdiri sejak 1953, waktu itu Direkturnya orang Angkatan Laut (Mayor Laut Subekti), semua pelatihnya juga dari Korps Komando AL (KKo-AL ; sekarang Marinir), tapi tidak ada kekerasan.
Sekarang semuanya orang sipil, mengapa kekerasan terjadi ?
Mari kita instrospeksi diri !.

SAYA SETUJU TENTANG TULISAN ANDA, MAS.
|Sekolah Pelaut baik Militer maupun non militer (Niaga), semua sekolah keras di didik dengan keras tapi bukan kekerasan !!!!!! ingat seolah pelaut dan tarunanya (SIPIL ATAU MILITER) adalah sekolah keras sesuai dengan jenis pekerjaannya tapi bukan sekolah dan pendidikan kekerasaan.

Apa yang Saudara katakan benar apa adanya, karena kami pelaut niaga mempunya kode etik standard sebagai perwira cadangan bagi negaranya.

Salam.

Catatan buat teman2 di blog ini, saya ini bukan pakar pendidikan, cuma pensiunan guru di sekolah pelayaran yang sudah pensiunan lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Alhamdullilah selama pengabdian mengajar 25 tahun plus 3 tahun di serdadu laut belum pernah menganiaya orang apalagi sampai cacat, babak belur atau mati, boo !.

Menurut Collins Royal English Dictionary : “cadet ” : student of military, naval, or nautical school. (siswa sekolah militer, AL, atau pelayaran). Jadi memang sekolah pelayaran itu rada beda, rasanya gak mungkin siswa sekolah pelayaran modelnya kayak mahasiswa kuliahan biasa.
Aku cuma sumbang pengalaman sebagai bekas kelasi kapal tanker 80.000 ton berbendera Liberia selama 3 tahun. Nakhodaku berkebangsaan Australia bekas perwira Royal Australian Navy berpangkat Lieutenant Commander (kalau di TNI-AL setara Mayor Laut). Kehidupan di laut itu keras karena resiko yang ditanggung juga berat. Seperti halnya di semua kapal di seluruh dunia, baik kapal dagang maupun kapal perang, jadwal jaga laut selama 12 jam itu dibagi menjadi 3 shift, jaga pertama antara 12 sampai 4, lalu 4 sampai 8, dan 8 sampai 12. Tidak boleh ada yang meleset dari jadwal jaga ini, mereka yang kebagian jaga antara jam 00.00 sampai jam 04.00 jangan coba2 ngantuk dan tertidur, karena resikonya bisa tahu2 tidur selamanya di dasar laut !.
Kapal laut apalagi kapal tanker sebobot 80.000 ton gak bisa disamakan dengan angkutan bus di darat, mas !. Biar sudah masuk pelabuhan sekalipun, bahaya senantiasa mengintai. Ingat saja kasus kapal Levina tempo hari, sudah jadi bangkai pun masih bisa makan korban, beberapa polisi dari Puslabfor mati sia2 akibat tidak mengikuti prosedur keamanan di atas kapal.
Saya kira itu umum dan wajar di mana2 di seluruh dunia, sekolah pelayaran selalu memakai metode pendidikan militer untuk membentuk karakter yang disiplin dalam lingkungan yang serba keras seperti di atas kapal. Saya kira tidak ada sekolah pelayaran pun di seluruh dunia yang modelnya seperti mahasiswa kuliahan biasa, pakai blue jean, sandal etc., karena memang sifat pendidikannya berbeda.
Kami di kapal jadwal makan pun di atur, harus makan bersama supaya selaras dengan jadwal jam kerja, tidak boleh makan sendiri2. Para perwira seperti Captain, Chief Officer, 2nd Officer, 3rd Officer, dan para Engineer dan Radio Officer makan di ruang khusus perwira, dan dilayani oleh messmen. Kalau kami para crew member biasa makan di ruang makan dek bawah (deck zero) dan dilayani oleh messboys.
Pendidikan keras itu memang sifat bawaan sekolah pelayaran, tapi bukan dengan kekerasan, itu beda sekali latihan keras namanya hard training, tapi kekerasan adalah violence dan masuk masuk perbuatan pidana yang kudu dihukum ! apalagi sampai orang cacat atau meninggal !.
Saya punya teman orang Malaysia waktu itu kadet di ALAM (Akademi Laut Malaysia ; setara STIP kita), saya pernah kunjungi di di base trainingnya, waduh luar biasa kerasnya latihan mereka, mereka dilatih oleh personel TLDM (Tentera Laut Diraja Malaysia). Tapi tidak ada seorangpun yang sampai cacat atau meninggal, karena yang melatih sadar bahwa tujuan mereka melatih bukan untuk menghasilkan pelaut2 cacat tapi perwira2 kapal yang tangguh dan sehat.
Jelas bedanya antara keras dan kekerasan.
Anyway, mereka yang masuk sekolah pelayaran tapi mengharapkan suasana santai dan lembut seperti universitas biasa, yah tentunya salah pilih sekolah !. Karena ganasnya ombak samudra tidak mengakomodir hadirnya sekolah seperti itu di lingkungannya.

Kalau menurut saya, ganasnya ombak samudra tidak mengakomodir jadinya kekerasan, rambut cepak, seragam, perut langsing dan setiap makan musti nunggu bel. Ohya.. bener sekali, nenek moyang ku orang pelaut. Bokap gw aseli Bugis, gw dari kecil dah maen di kapal-kapal phinisi, bahkan ikut jualan es kelapa muda di pinggir jalan. Ndak ada tuh model2 STIP… ada juga om-om gw pada bawa badik buat jaga diri dan pertahanan, dan fungsinya sangat dasar, yaitu untuk memotong tali, membelah kelapa dst. Survive mereka kok..

Ya mungkin saya aja yang katro, nggak tau kalau orang sipil di atas kapal akan menjadi militer semiliter-militernya. 🙂

Memang, Ada bebrapa sih yang saya setuju, misalnya jadwal jaga, jadwal tidur dst. cuman semuanya diatur atas satu filosofi dasar, kalau saya failed menjalankan amanah saya saat ini, maka yang kena adalah kita semua, yang celaka kita semua. Jadi sekali lagi, ini sifatnya dari bottom up, dan internal diri bukan dari pola-pola kemiliteran (biasanya disebut militerisme oleh kalangan “kiri”)

Salam..

Mengenai contoh yang Anda berikan, ya bener sekali pak, kalau yang melatih personel TLDM ya silakeun.. nah kalau perhubungan, siapa yach kira-kira yang melatihnya..

kembali lagi ke analogi Sekolah Pilot sama Sekolah Penerbang TNI AU, bedanya juga jelas dari judulnya.

Btw, saya setuju pendapat anda antara KERAS dan KEKERASAN itu berbeda, Tapi, Sudut pandang ini juga bisa bias, sebab apakah DISIPLIN sama dengan KERAS ?? Sebab, Disiplin belum tentu keras, tapi keras itu memang identik dengan disiplin.

Silakan beropini lebih lanjut.

Btw, mas Gunsmith, saya sangat senang dapat informasi demikian dari Anda, sehingga beberapa Insya Allah bisa memperlebar perspektif saya, apalagi yang ternyata keliru.

Mas Pompey baiknya anda cari informasi bandingan bagaimana sekolah2 pelayaran di luar negeri ini gimana, gak usah jauh2 cari aja dengan key word “philippines merchant marine academy”, nanti anda bisa mempunyai wawasan luas mengenai dunia bahari yang tidak dikenal orang di Indonesia. Katanya Indonesia bangsa bahari, tapi membedakan lancang kuning dengan pinisi saja orang tak tahu !.
Tidak semua orang Bugis itu pelaut, walapun kultur dasar Bugis itu memang budaya bahari.
Dari dulu juga Perhubungan Laut itu yang melatih adalah Angkatan Laut. Anda harus tahu bahwa pendiri TNI-AL the founding fathers of the Indonesian Navy adalah 99% berasal dari orang pelayaran niaga, mulai dari Natsir, Mas Pardi, John Lie, Martadinata, Josaphat Sudarso, Ali Sadikin and others.
Kapal itu tidak bisa disamakan dengan angkutan kota. Di mana pun juga di seluruh dunia, kapal niaga nasional dianggap sebagai komponen cadangan (ready reserve force) dari komando lintas laut militer (Kolinlamil). Silakan anda click cari data dari Amerika “ready reserve force”.
STIP itu jelas tidak bisa disamakan dengan STPDN. Dasarnya apa memiliterisasi STPDN ?, itu adalah sekolah civil service.
Tapi kalau STIP itu jelas mengacu pada U.S. Merchant Marine Academy di Amerika (silakan click data sekolah ini di Google), sejarah STIP juga sudah lama sekali, tahun 1953 sudah berdiri tepian Gunung Sahari Ancol dengan pelatih2 orang Amerika.
Kalau anda tidak tahu bahwa siswa sekolah pelayaran namanya “kadet”, well anda harus lebih banyak browsing !.
Salam !.

Ada sedikit tambahan buat Mas Pompey. Menurut International Naval Treaty 1927 (Konferensi Angkatan Laut Internasional), kapal niaga dianggap aset pertahanan, dan boleh dihancurkan atau ditenggelamkan tanpa dianggap sebagai kejahatan perang (war crime) !. Karena itu tidak heran berdasarkan Geneva Convention 1949 tentang Tawanan Perang disebutkan bahwa pelaut kapal niaga dan juga awak pesawat penerbangan sipil statusnya dipersamakan dengan anggota militer, dan akan diberi status Prisoner of War (PoW) yang akan ditempatkan dalam PoW Camp bersama dengan tawanan2 militer. Menurut konvensi itu, penumpang kapal niaga dan pesawat sipil yang terperangkap dalam konflik dilindungi tapi statusnya bukan PoW.
Nah itu menurut konvensi internasional. Dokumennya ada di perpustakaan UI, anda bisa lihat.

Hari geenee masih mau melatih pelaut pake perahu pinisi en bawa badik ?Kenapa gak sekalian pakai tutup mata sebelah saja sekalian dan bikin film ” PIRATES OF BUGIS”, Ha ha ha ha ha !..,sampai sakit perut gw nih !. Namanya tetap STIP tapi kependekan dari SEKOLAH TINGGI ILMU PINISI.
Pantas saja sektor maritim Indonesia makin terpuruk ! Justru dulu Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Djuanda meresmikan Akademi Ilmu Pelayaran (A.I.P.) tahun 1957 supaya masa depan Indonesia gak tenggelam kayak pininisi diamuk badai.
Gw bukan menghina perahu Bugis, gw sendiri dari nyokap masih turunan Bugis-Makassar, kerabat dari Laksamana Muda Mursalin D.M., Menteri jaman Presiden Sukarno, cuma ya nalar dikitlah bang.
Gw pernah dibawa berlayar sama kawan anggota Explorer Club pake perahu pinisi dari Sunda Kelapa ke Surabaya, kagak bakal mau sekali lagi !. Itu betul2 pelaut tradisional kaga tahu aturan rule of way pelayaran modern, disiplin juga kaga ada. Rambu bouy keluar masuk lintasan dilanggar begitu saja, padahal resikonya kan ditabrak kapal lain. Pantas aja banyak cilaka bang !.
Kalo Merchant Marine Academy di Amerika bisa menghasilkan person sekaliber Robert Kiyosaki, apa yang bisa dihasilkan oleh sekolah pelayaran ala pinisi ?.
Kalo menurut gw justru STIP sekarang itu modelnya meniru Merchant Marine Academy Amerika tapi kelakuannya Sekolah Tinggi Ilmu Pinisi !, Ha ha ha ha !. Bawa badik, bawa parang !.
Gw setuju kalo sekolah pelayaran dibentuk kayak di Filipina sana, full militer diasuh oleh Philippines Navy, latihan penuh disiplin tapi semua masih dalam koridor normal, gak ada perploncoan, gak ada penganiayaan.
Gw juga amin kalo dibilang kalo mau masuk sekolah yang lembut2 ya masuk sekolah salon rambut ajalah sama Rudi Hadisuwarno !, dijamin kaga bakal “dicuki ombak” seperti kata kawan dari Manado !.

Apa jadinya yah kalo kadet2 STIP sekarang dilatih model pelaut Bugis jadoel, pake pakaian adat, bawa badik en parang, ha ha ha ha !.

Mas Pompey kalau aku boleh tahu anda dari disiplin ilmu apa ?

Ada sedikit tambahan dari saya, Mas Pompey. Pendiri TNI-Angkatan Udara kita sejak awal juga berasal dari penerbangan sipil. Mereka disebut “the sixty TALOAs”, sebanyak 60 orang pada tahun 1950 dikirim oleh Pemerintah RI ke Transoceanic Air Lines Oakland Airport (TALOA). Anda bisa cari di Google dengan keyword TALOA and Indonesian Air Force.
Ke60 orang ini disebut “the founding father of modern Indonesian Air Force”.
Baru pada pertengahan tahun 1950an Indonesia membentuk Akademi Penerbangan Indonesia (API yang sekarang jadi Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia / STPI), semua calon penerbang Angkatan Udara juga dididik di sini. Barulah pada tahun 1970an, didirikan Sekolah Penerbang ABRI di Solo.
Jadi begitulah, it is not just that simple !.
Di dunia pelayaran (maritime) dan penerbangan (aeronautical), ada wilayah abu-abu antara dikotomi sipil-militer, itu karena kapal (“a ship”) apapun jenisnya selalu dianggap sebagai alatsista (alat utama sistem senjata / main instrumen) Angkatan Laut, dan pesawat terbang (“an aircraft”) apapun jenisnya selalu dianggap alutsista Angkatan
Udara. Kalau di darat lain, sebuah bus atau truk tidak pernah dianggap alutsista Angkatan Darat !.
Mengapa ? karena Angkatan Laut dan Angkatan Udara adalah “manned weapon” (senjata yang diawaki), dan Angkatan Darat adalah “armed people” (orang yang dipersenjatai). It means Navy adalah nothing without a ship, dan Air Force adalah nothing without an aircraft. It means juga begitu Navy mempunyai sebuah kapal, any type of ship, maka ia betul menjadi Navy, begitu juga Air Force begitu mempunyai sebuah pesawat terbang, any type of aircraft ia mempunyai jati diri sebagai Air Force.
Tetapi Army tidak begitu, dengan senjata apapun, asal sudah diorganisir, ia tetap army.
Ada baiknya Mas Pompey buka http://vlnavmar.usnaweb.org/academy.html http://www.tamug.tamu.edu/corps/index.html
di situ Mas Pompey bisa nambah wawasan. Saya cuma sarjana hukum pengangguran yang sempat terdampar hampir 4 tahun kerja di kapal dengan rank paling rendah, karena susahnya cari kerjaan di Indonesia, kita berbagi pengetahuan dan pengalaman Mas!.

Tambahan buat Mas Pompey : founding fathers dari TNI-Angkatan Udara juga berasal dari penerbangan sipil, sebanyak 60 orang pada tahun 1950 disekolahkan ke TALOA (Transoceanic Air Lines Oakland Airport).So, it is not just that simple. Ada wilayah grey area dikotomi sipil-militer di dunia maritim dan penerbangan.

Itu karena kapal, apapun jenisnya, selalu dianggap alutsista (alat utama sistem senjata / main instrument) dari AL, dan pesawat terbang, apapun jenisnya, selalu dianggap alutsista AU. Tapi didarat, bus dan truk tidak pernah dianggap sebagai alutsista Angkatan Darat !.
Navy dan Air Force adalah “manned weapon” (senjata yang diawaki), sedangkan Army adalah “armed men” (manusia yang dipersenjatai.
Mas Pompey coba buka http:// vlnavmar.usnaweb.org/academy.html , dan juga http://www.tamug.tamu.edu/corps/index.html

Kayaknya sih mana ada akademi pelayaran yang modelnya seperti fakultas biasa bang !.
Aku punya kakak yang nomor 2 sekarang kuliah di kota College Station, Texas, ngambil jurusan Farming Technology di Texas Agriculture and Marine University. Di universitas ini ada department yang namanya Texas Maritime Academy, mahasiswanya itu dibedakan dengan jurusan2 lain. Kalau kakak sih tinggal di luar dan kuliah seperti universitas biasa, mahasiswa2 TMA ini diasramakan dan tiap hari harus berseragam seperti Navy, pakai salut2an segala, ada seragam putih2, kalau winter mereka pakai jas biru tua dan tanda pangkatnya di pergelangan.
Íni aku tahu betul karena Desember kemarin aku sama bokap dan nyokap nengok kakak di sana. Aku ngobrol2 sama beberapa dari mereka, katanya kalau sudah lulus mereka kerja di shipping company tapi dapat status sebagai officer cadangan di Navy.
Kalau pelatihnya aku lihat itu tentara dari Marine Corps yang seragamnya coklat muda seperti di film2 Tom Cruise itu.

Kalau mau makan di atas kapal, ya harus nunggu bel mas !, di luar jam makan siapa yang menyediakan makanan di dapur kapal (galley) ?. Kalau lagi jaga di anjungan apa boleh terus nyelonong saja keluar terus ke galley cari makanan ? Nah, silakan makan siang saja di restoran Davy Jones’ Locker !.
Mungkin banyak yang bingung apa yang disebut Davy Jones’ Locker, buat yang penasaran arti kata ini silakan cari di Google.

ic ic.. intinya ternyata, walhasil, sekolah pelayaran memang model pendidikannya seperti itu. ok, i can accept that.

Jadi yang masih perlu dibahas apakah STPDN ini sama sperti itu? Lalu, sekolah so called “kedinasan” yang laen (ok, pelayaran kita anggap diluar itu) bagaimana yach??

dari pendapat-pendapat yang muncul, sepertinya kesimpulannya kalau STIP itu memang sudah laik. Sebab, sistem di LN kurang lebih sama. Tapi STPDN masih meragukan.

Jadi ini saya anggap informasi tambahan, bahwa dengan mencantumkan STIP sebagai salah satu “contoh kasus” dalam mismanagement pendidikan di Indonesia, kurang tepat, karena masalah keras (baca: disiplin) itu udah kayak gitu emang “dari sononya” artinya kurikulum dan pembinaannya memang kudu semi militer bahkan bener2 mengadopsi militer agar tercapai tujuan institusinya.
since dia udah pake tag “sekolah pelayaran”. (Walaupun nggak harus ada yang mati kali ya.. ini bisa didiskusikan lagi).

Nah.. kalo STPDN gimana ya? Lalu, sekolah yang “kedinasan” lain gimana ya? Apa ikut-ikutan juga?

Apakah pendapat saya bahwa IPDN adalah alat melestarikan kekuasaan : https://unggulo.wordpress.com/2007/04/24/ipdn-atau-hitler-youth/
juga salah??

btw, olehkarena ini off topic, jadi saya edit kalimat tentang STIP dari Kasus kekerasan ala STIP menjadi kasus STIP.

Kok, dikit banget edit nya? ya sebab saya membahas mengenai Pakar Pendidikan, bukan mengenai STIP.

Trims atas segala masukkannya. Jika teman-teman punya blog, silakan tulis saja pengetahuan dan pengalaman Anda tentang STIP dan pelayaran, mudah-mudahan publik awam seperti saya bisa mengerti dan tidak menggeneralisir. Sebab, suka atau tidak suka, kasus-kasus ini selalu menyeret media cetak kepada penyamarataan kasus (contohnya pas membahas STIP maka ditampilkan juga STPDN yang kurang lebih dari sisi postur tubuh dan atribut agak sama –padahal masih menurut pendapat teman-teman penulis blog ini, adalah berbeda).

Silakan beropini dan saling memberi pengetahuan, Salam intelektualitas.

Dear Pak Commander/Gunsmith, terimakasih atas informasi mengenai grey area pada dikotomi sipil-militer yang ternyata di dunia maritim dan penerbangan. Informasi ini sangat berharga.

Kalau Anda memiliki latarbelakang hukum dan mengajar cukup lama di dunia maritim, saya cuma pekerja kantoran biasa yang nyambi mengajar ngejar dapur ngebul. Dulu Sarjananya sih di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebuah PT di Depok (terlihat pada gambar header blog ini) dan sekarang sedang berjuang dan berpusing-pusing ria di ranah ilmu manajemen dan ilmu komputer sekaligus. Jadi ya mohon maklum sudutpandangnya sangat sangat awam (terpengaruh media massa saja).

Salam kenal

Maritim dan penerbangan memang agak beda Mas !, itu karena kapal, dari jenis apapun, selalu dianggap alutsista (alat utama sistem senjata / main instrument) dari Navy, dan pesawat terbang, dari jenis apapun, selalu dianggap alutsista Air Force. Tapi truk dan bus tidak pernah dianggap sebagai alutsista Army. Navy dan Air Force adalah “manned weapon” (senjata yang diawaki), sementara Army adalah “armed men” (orang yang dipersenjatai). Remove the ship from the Navy, it is not a Navy anymore, so does the Air Force, no Air Force without an aircraft.
Itu bedanya dengan kondisi di daratan !.
Remember our Navy pertama kali tahun 1945 modalnya cuma kapal-kapal angkut dengan konstruksi kayu peninggalan Jepang, but it was a NAVY, karena punya kapal.
Di maritim dan penerbangan, dikotomi sipil dan militer dilingkupi oleh suatu grey area yang luas. Coba saja bayangin, founding fathers dari Angkatan Udara kita itu dilatihnya di suatu sekolah penerbangan sipil milik Transoceanic Air Lines !. Baru belakangan berdiri API (Akademi Penerbangan Indonesia) pertengahan tahun 1950an di mana Angkatan Udara juga ngambil penerbang dari situ. Sekolah Penerbang ABRI baru ada tahun 1970an di Solo.
Di daratan lain, tidak ada sopir militer diambil dari sopir angkot, mas !. He he he !.

Kalau STPDN atawa IPDN, nah ini yang baru aneh, tidak ada sekolah civil service (pangreh praja) yang model begitu di seluruh dunia !, anda boleh cari di internet, bahkan tidak juga di ex Uni Soviet yang terkenal militerismenya.

Kita ini memang rada gamang sekarang. Masalah Menwa (resimen mahasiswa) saja tidak tegas, apa ini ormas atawa semacam satgas parpol atau gimana. Kalau dulu Menwa ketika dibentuk pada tahun 1961 jelas mengacu pada sistem Amerika ROTC (Reserve Officer Training Corps) yaitu program perwira cadangan yang diambil dari perguruan tinggi.
Sekarang tidak jelas, malah dibentuk STPDN yang meniru-niru pola AKABRI, lalu ada Sekolah Tinggi Transportasi Darat di Bekasi yang juga idem. Kita ini doyannya penyeragaman, karena STIP Marunda dan STPI Curug polanya semi-militer, maka STTD Bekasi juga dimirip2kan juga. Padahal di mana2 di LN untuk transportasi darat gak ada gitu2an !.
Yang setengah2 itu yang bahaya.
Dulu di AIP, pimpinannya AL, dosen dan instrukturnya AL, tidak ada penganiayaan, karena mereka tahu kadarnya sampai di mana latihan keras.
Sekarang di STIP pimpinannya sipil, juga stafnya sipil, tapi polanya semi-militer, nah jadinya gitu. Harusnya tetap seperti di LN, instructor di akademi pelayaran semua dari Navy.

Di STPDN ya gitu, sekolah sipil tapi meniru2 militer tanpa ada personil militer, akibatnya fatal !.
Anda tahu U.S. Coast Guard ?. Ini adalah bagian dari angkatan perang Amerika yang menjaga keselamatan pelayaran, dulu berada di bawah Departemen Keuangan, lalu pada tahun 1967 berada di bawah Departemen Perhubungan (Department of Transportation), lalu sejak peristiwa 911 berada di bawah Department of Homeland Security. Walaupun dahulu berada dibawah Depkeu dan Dephub, tapi U.S.Coast Guard sepenuhnya berstatus militer penuh, karena
status yang setengah2 itu bisa membahayakan !.
Kita ini doyannya justru setengah2, kesini tidak, kesitu juga bukan, akibatnya ya begitulah !.

Untuk rekan Gunsmith : Har, anda masih Banda Aceh ?, itu ada titipan dari abangmu yang di Padang itu.
Ini Gunsmith alias bang Harry ini mantan ass saya dulu, cuma karena tdk tahan dengan gaji akademi, nekad juga sign-on ke laut jadi crew di tanker.

Ada tambahan dari saya, sekarang ini memang pola STIP sudah ngawur, cara berpakaian seragam saja tidak sesuai dengan pola internasional yang ada. Di mana2 sekolah pelayaran itu mengikuti pola Angkatan Laut (“patterned after the Navy”), supaya bisa mengikuti spirit corps Angkatan Laut, tetapi seragam STIP ini sekarang gak tahu model apa karena pola warnanya juga diseragamkan dengan seragam Departemen Perhubungan biru tua-biru muda, jadi artinya seragam STIP sama dengan seragam kondektur kereta api dan seragam sopir bus DAMRI !. Inilah penyakit kita, suka menyeragamkan segala sesuatu, segalanya harus tunggal, sama dan sebangun, tidak memberikan tempat pada bhinneka !. Akibatnya ya begitu !.
Kalau dulu AIP memiliki seragam kadet yang mengikuti pola AL, sehingga mereka yang mengenakannya merasa memiliki tanggung jawab moril untuk tidak mencorengkan disgrace pada seragam itu, dan itu ditekankan berulang2 oleh para pelatih AL di AIP, jangan sampai memalukan nama Angkatan Laut Republik Indonesia. Sekarang ?, lha seragamnya saja mirip seragam sopir bus !.

Kalau STPDN, ya lebih ngawur lagi, seragamnya mengikuti apa, patterned after the……….. ?

Masukan buat Mas Pompey : sebetulnya ada tiga profesi sipil yang berada dalam wilayah abu-abu dikotomi sipil-militer, yaitu polisi, pelaut kapal niaga, dan penerbang sipil.
Polisi karena sifatnya yang memegang senjata, dan oleh kita dahulu pada 1961-1999 secara resmi diberi status militer tapi sejak 1999 kembali menjadi sipil.
Kalau di negeri Belanda, polisi dibagi menjadi dua yaitu Rijkspolitie (polisi umum) dan Koninklijke Marechaussee (marsose ; yang mirip dengan Brimob kita). Rijkspolitie statusnya sipil, tapi Marechaussee berstatus full militer tapi terpisah dari Angkatan Darat (Koninklijke Landmacht). Jadi Angkatan Perang Belanda itu punya empat angkatan : AD, AL (Koninklijke Marine), AU (Koninklijke Luchtmacht), dan Marsose.
Semua objek vital seperti bandara dijaga oleh Marsose.

Nah anda pernah dengar SMA Taman Nusantara di Magelang ?, apa komentar anda ?. Ini topik baru, biar nanti abang Commander yang jawab. Bang, akhir Juli baru saya ke tempat abang, masih kerja di lapangan nih bang !.

oh kalau SMA itu, gimana ya, waktu dulu SMP, memang sudah dijelaskan kalau itu sekolah nanti lulusnya masuk militer dan minimal letnan (dulu denger pas saya smp). Nah, kontak dengan lulusan Tanus sendiri, ada yang ikutan kuliah bareng saya waktu S1 dulu, cuman saya ngga nanya2 detil sih. Dan setau saya yang diluar jalur antara lain pak RSW, http://www.romisatriawahono.net, pakar elearning dan aktivis opensource. Kalo yg ini, kayaknya aseli melenceng. dua-duanya ternyata badannya jadi Bongsor gede banget, katanya sih memang lulusan sma tanus kalo ngga masuk tentara (abri waktu itu) jadinya badannya melar-melar, padahal pas sma langsing2 🙂 itu aja sih yang saya tau. Kalau tanus memang disiapkan menjadi perwira beenr nggak pak?

Iya ni saya tunggu Pak Commander menjelaskan. Thz ya

SMA Taruna Nusantara sebenarnya mau mengacu ke sistem Amerika “private military academies”. Di Amerika banyak sekali sekolah swasta tingkatan SMP-SMA (grade 7 s/d grade 12) yang menyandang nama “military academy” (akademi militer) dan “naval academy” (akademi AL), contohnya Valley Forge Military Academy dan Admiral Farragut Naval Academy, ini semua adalah SMP-SMA swasta yang berkarakter militer, jadi para murid semua diasramakan dan wajib setiap hari berseragam seperti militer, para muridnya pun disebut “cadet” tepatnya “junior cadet”. Mereka juga sejak dari grade 7 (setara kelas I SMP kita) sudah dimasukkan dalam program pelatihan Junior-ROTC. Kalau ROTC (Reserve Officer Training Corps) senior adalah untuk perguruan tinggi (college grade student), J-ROTC ini ya itulah untuk murid SMP-SMA, baris-berbaris, menembak dengan senjata kaliber .22, taktik dasar infantri, dan sebagainya.
Tahun lalu jumlah kadet Valley Forge Military Academy mencapai kurang lebih 500 orang, dan seperti dalam kehidupan militer yang sebenarnya, mereka dibagi dalam beberapa batalyon kemudian kompi.
Apakah mereka seluruhnya kemudian akan menjadi tentara aktif ?. Tidak. Banyak sekali yang melanjutkan ke perguruan tinggi biasa, tetapi di perguruan tinggi biasa mereka tetap meneruskan program ROTC nya sehingga ketika tamat menjadi graduate mereka juga mendapat pangkat letnan dua cadangan (reserve officer, dalam setahun hanya menjalani penyegaran selama beberapa minggu, setelah itu kembali ke kehidupan sipil).
Banyak dari alumni sekolah2 semacam ini di kemudian hari menjadi pemimpin di Amerika, antara lain George Bush, Senior (ayah dari George Bush sekarang). George Bush, Sr. adalah alumni St. John Military Academy.
Tujuan sekolah seperti ini adalah mewujudkan sebuah “American dream”, mencetak “orang Amerika
unggulan”‘!.

Maunya dulu SMA Taruna Nusantara ya begitu, tapi nah ini dia kita itu kalau menjalankan sesuatu itu setengah-setengah, akhirnya lulusan SMA Taruna Nusantara yang tidak melanjutkan ke AKABRI badannya jadi melar-melar kayak kuda nil !, beda dengan George Bush gaek yang sampai tua tetap atletis. Lha gimana mau tetap berpartisipasi dalam latihan bela negara, status Menwanya saja tidak jelas, ormas bukan, tentara bukan, mahluk apa itu !. Kalau di Amerika itu jelas, ROTC adalah tentara, tetapi part-timer, dan anytime datang emergency, seorang professor yang biasa mengenakan baju kerja laboratorium bisa berganti mengenakan seragam U.S. Army dengan pangkat kolonel !, di sana sudah biasa demikian, mereka bukan orang militer yang dipaksa-susupkan ke dalam lingkungan sipil, tetapi murni orang sipil namun memiliki kualifikasi militer untuk membela negara. Itu baru namanya pertahanan rakyat semesta, seperti di Swiss, Israel, Korea, dan Taiwan.
Silakan Mas Pompey click ke Google cari situs Valley Forge Military Academy, St.John Military Academy, Admiral Farragut Naval Academy, etc.etc., itu banyak sekali sekolah model begitu di A.S..

wah mas commander, boleh dong minta komen soal topik saya di forum kaskus/detik/kafegaul/forum TNI AU soal perwira cadangan. Nick saya di sana toukairin, saya tunggu komennya yah… kalo perlu imel saya.

Tolong Mas Rico websitenya, biar bisa langsung saya click. Anda profesi apa ?.

http://www.kaskus.us/forumdisplay.php?f=140

Ini soal perwira cadangan ada, soal Menwa juga ada.

kalau mau imel saya bisa ke indowehrmacht@gmail.com

Saya tunggu komentarnya pak! 🙂

saya mahasiswa pak, anggota Menwa juga. ingin tahu bagaimana pandangan masyarakat pada umumnya juga.

siapa suruh masuk STIP????
ANAK MAMI dilarang masuk STIP, mendingan masuk SMKK jurusan kecantikan,selesai!
dipukul sama senior aja sudah sempoyongan, apalagi di tengah samudera???bakal dilempar kelaut sama Capt. hahaha…
di laut kita jaya..
di darat kita buaya..
hidup jalaseva jaya mahe….!!!!

kalau menurut saya jadi pelaut…..untuk cari cewek cantik di setiap benua…yg di tanamkan bukan kedisiplinan tapi anti kemapanan and playboy….guys….more sex,drugs,and rock n roll

jika ingin berprestasi ya harus les privat aja di lesprivatbpui.tk pasti ok !

Jika kalian ingin lulus simak ui,gabung aja di http://www.lesprivatbpui.tk pasti ok !

Bang commander ini lingkupnya luas. Dari pelaut kah? Dari akademi mana?. Salam kenal bang.
Memang pelaut niaga itu masuk dalam naval reserve officer dan dapat PoW, bahkan dalam situasi damai pelaut pun dapat di arrest beserta kapalnya di suatu pelabuhan diluar negeri mewakili company nya.
Karena sifat pekerjaannya yang keras, bersifat lex specialist, dapat menjadi
Kategori manned weapon dan naval reserve officer, maka pelaut niaga memiliki mahkamah pelayaran.
Ok dari situ semua kita tinggalkan lah dulu cerita STPDN, TRANSPORTASI DARAT BEKASI, AIS (akademi ilmu statistik) dll penggunaan seragam mariner cadet yang sudah melenceng.
Ada satu hal yang harus kita kembalikan, yaitu “pidato president Soekarno tentang maritim dan pelautnya”. Masih ingatkan pidato beliau,bang commander, bang gunsmith dan rekan-rekan perwira niaga Indonesia?. Jika masih ingat, yuk kita sama-sama meneruskan perjuangan bung karno.
Pada masa kontra fisik kita menjadi militer dan saat ini kita menjadi sipil dan lalu kita perjuangkan ” MENJADIKAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA MARITIM” bukan hanya negara bahari karena negara bahari aspeknya sempit.
Pelaut tuntutannya sangat diharapkan menjadi penggerak sektor maritim negara ini.
Ayo kita pecut pemerintah Indonesia lebih keras lagi membuktikan indonesia sebagai negara maritim.
(Salam diskusi).


Where's The Comment Form?

    About

    Just Another “Cerdik Cendikia” Center wannabe like The Habibie Center, Mega Center, Amien Rais Center, Nurcholis Madjid Institute, Akbar Tanjung Institute, Wahid Institute, Syafii Maarif Institute dan seterusnya..

    RSS

    Subscribe Via RSS

    • Subscribe with Bloglines
    • Add your feed to Newsburst from CNET News.com
    • Subscribe in Google Reader
    • Add to My Yahoo!
    • Subscribe in NewsGator Online
    • The latest comments to all posts in RSS

    Meta

Liked it here?
Why not try sites on the blogroll...